Kasus kekerasan seksual kepada anak-anak dalam beberapa waktu terakhir ini cukup menyita perhatian masyarakat. Bahkan, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak mencatat kekerasan seksual pada anak dan perempuan mencapai angka tertinggi pada tahun 2020 yakni sekitar 7.191 kasus. Oleh karena itu, mengajarkan pendidikan seks kepada anak sejak dini akan membantu anak untuk membentengi diri dari risiko kekerasan maupun pelecehan seksual di kemudian hari. Demikian diungkapkan Wakil Ketua III Stispol Wira Bhakti, Dr. Anak Agung Putu Sugiantiningsih, S.IP., M.AP., saat menjadi narasumber dalam webinar bertajuk “Perempuan Sehat, Perempuan Produktif, Bali Bangkit” serangkaian peringatan Hari Ibu yang digelar Gerakan Wanita Sejahtera (GWS) Kota Denpasar bekerja sama dengan Prima Medika Hospital, Kamis (23/12).
Dalam webinar melalui aplikasi Zoom Meeting dan live streaming via Youtube dengan moderator Direktur Prima Medika Hospital, dr. Putu Dian Ekawati, MPH., AA Putu Sugiantiningsih mengatakan, tanpa adanya pemahaman mengenai pendidikan seksual, anak akan sulit untuk melawan perlakuan menyimpang tersebut. “Sayangnya, masih banyak orangtua dan masyarakat yang merasa tabu dan apatis untuk membicarakan seksualitas kepada anak,” katanya.
Ia menambahkan, orangtua sebaiknya mulai menanamkan pendidikan seks mulai dari tingkat yang paling dasar seperti pengenalan organ tubuh dan fungsinya, sehingga anak-anak mengetahui kenapa tidak boleh atau dilarang melakukan ini dan itu, apa yang harus dilakukan dan dijaga, supaya mereka punya integritas diri, tahu ada bagian penting dari tubuhnya yang tidak boleh dipegang orang lain. “Ini penting dilakukan agar anak tumbuh menjadi generasi muda yang berkualitas,” katanya,
Menurut Gung Tien, manfaat lain yang akan didapatkan jika memberikan pendidikan seksual sejak dini kepada anak, salah satunya adalah menjauhi pikiran mereka yang tidak sehat dan anak menjadi mengenali setiap bagian tubuhnya. Mereka juga akan mengetahui mana bagian tubuh yang tidak boleh dipegang orang asing. Dengan begitu anak akan lebih dapat menjaga dan menghargai tubuhnya dan anak menjadi lebih dapat melindungi dirinya dan menjadi paham bahaya dan masalah dari seks bebas serta dapat memelihara tegaknya nilai-nilai moral.
Sementara itu, dr. IA Chandranita Manuaba, Sp.OG, Subsp. Obginsos (K), M.M., spesialis obstetri ginekologi di RSD Mangusada, RSU Prima Medika dan Niki Diagnistic Clinic, mengingatkan betapa pentingnya menjaga kesehatan sistem reproduksi wanita. Organ reproduksi memiliki fungsi yang beragam dan berpengaruh besar pada seorang wanita, sehingga kesehatannya perlu dijaga sedini mungkin dan tidak menunggu sampai muncul masalah terlebih dahulu. “Sama seperti bagian tubuh lainnya, organ reproduksi wanita memiliki peran yang sangat penting. Oleh karena itu, sudah sepatutnya jika organ reproduksi wanita dirawat kesehatannya agar terlindung dari berbagai gangguan, seperti infeksi atau cedera,” katanya.
Ia menambahkan, merawat organ reproduksi wanita dapat menjadi salah satu cara untuk melindungi diri, pasangan, serta bayi lama kandungan, dari berbagai penyakit yang berbahaya. “Jadi, rawat organ reproduksi wanita mulai dari sekarang, dan jangan lupa periksakan diri ke dokter secara berkala. Kurangnya edukasi terhadap hal yang berkaitan dengan reproduksi bisa memicu terjadinya hal-hal yang tak diinginkan. Salah satu hal yang sering terjadi karena kurangnya sosialisasi dan edukasi adalah penyakit seksual menular,” katanya. *SKB101